Judul : Konektivitas dan Wisata Premium
link : Konektivitas dan Wisata Premium
Konektivitas dan Wisata Premium
PARIWISATA
Konektivitas dan Wisata Premium
Salah satu strategi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata adalah dengan mengembangkan wisata premium, khususnya untuk Labuan Bajo beserta Taman Nasional Komodo.
Dapat dipahami bahwa obyek wisata unggulan kelas dunia ini merupakan kawasan konservasi dan aset nasional sehingga strategi yang mengedepankan aspek kualitas (turis premium) sudah tepat. Sebagaimana diketahui Labuan Bajo masuk menjadi salah satu destinasi wisata ”superprioritas” nasional bersama-sama tiga destinasi wisata lainnya, yakni Danau Toba, Candi Borobudur, dan Mandalika.Dalam hal ini, salah satu perhatian utama lintas kementerian adalah infrastruktur konektivitas (udara, darat, dan laut) yang kita sadari bersifat vital bagi pengembangan pariwisata. Konektivitas yang baik merupakan conditio sine qua non bagi pengembangan pariwisata tersebut.
Bandara internasional
Tak ubahnya menangkap arus air dari mata air dalam volume yang lebih besar dan lebih berkualitas, maka sumber air dan inlet-nya (saluran masuk air), termasuk bangunan penangkap airnya, harus di-upgrade. Demikian pula untuk mengembangkan wisata premium Labuan Bajo, pertama-tama bandar udara yang ada harus di-upgrade menjadi bandara internasional yang dapat melayani pesawat-pesawat berbadan lebar.
Tak ubahnya menangkap arus air dari mata air dalam volume yang lebih besar dan lebih berkualitas, maka sumber air dan inlet-nya (saluran masuk air), termasuk bangunan penangkap airnya, harus di-upgrade. Demikian pula untuk mengembangkan wisata premium Labuan Bajo, pertama-tama bandar udara yang ada harus di-upgrade menjadi bandara internasional yang dapat melayani pesawat-pesawat berbadan lebar.
Hal itu memungkinkan konektivitas antara Labuan Bajo dan kota-kota wisata dunia seperti Paris, Vienna, dan Venesia, serta negara-negara sumber-sumber turis premium seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Di kawasan regional terdekat memungkinkan penerbangan langsung dari Australia dan Selandia Baru.
Sebelumnya, yakni akhir 2015, pemerintah telah menyelesaikan pembangunan terminal baru penumpang seluas hampir 1 hektar dengan biaya Rp 191,7 miliar. Dengan terminal baru itu, kapasitas meningkat dari semula hanya 150.000 orang per tahun menjadi 1,5 juta orang per tahun.
Selain itu, pemerintah telah memperluas landas pacu menjadi 2.250 meter x 45 meter sehingga dapat didarati pesawat kelas medium seperti A-320, B 737-800, dan B 737-800. Ini peningkatan dari kondisi sebelumnya yang hanya bisa didarati pesawat propeler sekelas ATR-600 yang berkapasitas 70 penumpang.
Dengan masuknya Labuan Bajo menjadi satu dari 10 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan juga salah satu dari empat KSPN superprioritas, maka program upgrading bandara pun berlanjut hingga menjadi bandara internasional.
Upgrading lanjutan ini akan segera dilakukan terutama dengan perluasan landas pacu menjadi 3.300 meter (panjang) dan 45 meter (lebar), sebelumnya 2.250 meter dengan lebar sama, disertai dengan perluasan tempat parkir pesawat menjadi 11.100 meter persegi. Perluasan landas pacu ini memungkinkan bandara melayani pesawat-pesawat jet penumpang berbadan lebar sekelas A380.
Di samping itu, akan segera dibangun terminal kargo dan terminal penumpang internasional serta perluasan terminal penumpang domestik menjadi 25.000 meter persegi serta perluasan areal parkir kendaraan. Kapasitas terminal ditingkatkan dari 800.000 penumpang per tahun menjadi 3,5 juta per tahun. Penyelesaian konstruksi ditargetkan pada 2020.
Konektivitas dalam wilayah
Selanjutnya konektivitas antara titik-titik atau simpul destinasi harus ditingkatkan kualitasnya. Selain bandara, titik-titik destinasi lainnya meliputi pelabuhan atau marina Labuan Bajo, Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Di beberapa titik ini perlu dibangun marina untuk kapal-kapal cruise atau yacht.
Selanjutnya konektivitas antara titik-titik atau simpul destinasi harus ditingkatkan kualitasnya. Selain bandara, titik-titik destinasi lainnya meliputi pelabuhan atau marina Labuan Bajo, Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Di beberapa titik ini perlu dibangun marina untuk kapal-kapal cruise atau yacht.
Secara simultan, beberapa kawasan membutuhkan penataan, termasuk kawasan sekitar bandara, Pelabuhan Labuan Bajo (pengembangan kawasan pelabuhan terpadu), dan Puncak Waringin. Selanjutnya fasilitas akomodasi, transportasi, dan segenap layanan dalam industri wisata termasuk sightseeing, scuba diving, snorkeling, pesiar, dan bahkan olahraga rekreatif (golf) perlu disediakan dan ditingkatkan pada level layanan premium.
Layanan serba prima akan membuat para turis premium betah untuk berlama-lama di Labuan Bajo. Tentunya kementerian terkait juga proaktif mempromosikan wisata premium Labuan Bajo ini.
Dukungan infrastruktur untuk pengembangan pariwisata sejalan dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo dalam pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas. Pemerintah siap mengucurkan Rp 1,6 triliun untuk mengembangkan wisata premium Labuan Bajo tahun ini dan akan menuntaskan pengembangan itu pada 2020 bersama ketiga kawasan wisata superprioritas lainnya.
Peluang bagi investasi swasta dalam industri ini cukup prospektif. Selain dalam pembangunan infrastruktur (melalui skema kerja sama), peluang investasi lainnya dapat meliputi penyediaan fasilitas resor berkelas luks lengkap dengan fasilitas pertemuan, insentif, konvensi/konferensi, dan pameran (MICE) dan spa, juga lapangan golf berkelas dunia, dan investasi pada kapal pesiar (yacht), beserta fasilitas scuba diving/snorkeling.
Pembangunan Bandara Komodo menjadi bandara internasional baru mengawali pengembangan wisata premium Labuhan Bajo. Masih cukup banyak fasilitas lainnya yang perlu dilengkapi, baik oleh pemerintah maupun swasta.
Selain itu, tidak kalah pentingnya pengembangan prasarana dasar seperti sistem air bersih, pengelolaan sampah, perbaikan jaringan jalan, dan jaringan listrik, khususnya saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). Mustahil mengembangkan industri wisata, terlebih yang berkelas premium, ketika ketersediaan air dan listrik tidak memadai.
Demikian pula dukungan ketersediaan jaringan internet broadbandsangat diperlukan. Akhirnya yang sama sekali tidak boleh diabaikan adalah kewajiban kita menjaga kelestarian Taman Nasional Pulau Komodo sebagai aset nasional.
*) Budi Karya Sumadi adalah seorang arsitek yang saat ini menjabat Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Demikianlah Artikel Konektivitas dan Wisata Premium
Sekianlah artikel Konektivitas dan Wisata Premium kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Konektivitas dan Wisata Premium dengan alamat link https://seadanyaberita.blogspot.com/2019/10/konektivitas-dan-wisata-premium.html